“Dan kepunyaan Allah-lah TENTARA langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS Al Fath 48:4)
Aku tak pernah paham benar tutur katamu kawan,
tatkala kau ungkap resah dan amarahmu pada negara
dan kau adukan gundah-gulanamu pada bumi pertiwi
atau ketika kau hanya diam tertegun melihat carut-marutnya negerinegeri yang konon katanya gemah ripah loh jinawi, toto tentrem kertaraharja
atau entahlah apa lagi istilahnya buat menggambarkan indahnya bumi ini…Inilah negara yang gusar itu, kawan.
Yang setiap kau susuri jejak rekamnya kau bisa bercermin pada sejarahnya yang gemilang
namun menyisakan banyak sisi kelamIni jua negara yang kalut itu, kawan.
Yang setiap kau simak kisahnya, kau bisa menyaksikan betapa satir-nya drama kehidupan tersaji
Pada penegakkan hukumnya yang masih tebang pilih
Pada serangkaian kasus korupsinya yang mengguncang negeri
Atau pada aksi-aksi terorisme yang membuat geram dan semakin tak manusiawiTengoklah pemimpinnya yang sibuk mengurus citra diri
Para wakil rakyatnya yang gigih memperjuangkan gedung baru dengan penuh ambisi
Para elit politiknya yang sibuk berdagelan dagang sapi dengan alibi koalisi
Toh padahal di gang-gang kecil masih ada rakyatnya yang sulit mencari sesuap nasiMari kemari sejenak, wahai kawan
Duduklah sejenak di sisiku
Kita bercengkrama sambil memandang langit cerah nan bertabur bintang
Dan bulan sabitnya menggelayut manja di atap langit, menambah syahdunya malam iniMari kita celotehkan saja risaumu pada angin malam
Biar diterbangkannya gelisahmu ke penjuru negeri dan tepian pantai
Agar hilang gundah gulanamu dan sirna resah pikiranmu
Biarkan kita berbagi dengan alam beban-beban berat dipikiranmu ituKawan
Tahukah kau kalau aku hanya paham benar satu hal
bahwa Tuhan tengah mengirimkan bala tentaranya untuk menegur manusia-manusia negeri inidan patutlah kita bersyukur kawan
karena kasih-sayang dan keagungan-Nya
bala tentara yang Ia turunkan tak seperkasa ababil yang meluluh-lantakan tentara abrahah
tak juga dalam rupa gempa yang membinasakan pedagang-pedagang curang di negeri Madyan
dan tak pula mewujud dalam rupa air bah yang menenggelamkan Kaum Nuhaku menarik nafas panjang untuk menuturkannya padamu kawan
setelah tsunami dan merapi, disusul gempa dan banjir yang silih berganti
kini teguran datang lagi dalam rupa kawanan Ulat Bulu
mungkin bentuknya lucu, kecil, berbulu, namun banyak membuat orang jijikah, rasa-rasanya aku jadi teringat kembali lembaran-lembaran kitab suci
manakala Alloh memeringatkan Fir’aun dengan berbagai bukti
maka dikirimkan-Nya wabah belalang, kutu, dan katak sebagai jundi”Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa.” (QS Al A’raf 7:133)
Kau pun menggugat tanya
Lalu dimanakah pemuda Musa yang gagah berani berkata lantang dihadapan penguasa tirani?
atau dimana pula sekumpulan pemuda kahfi yang terasing demi kebenaran sejati
apa tak rindu kita pada kehadiran sosok jiwa-jiwa pasukan Badar berani?Berhenti-lah bertanya tuk sejenak hai kawan,
Mengapa tak kita saja yang tampil menjadi pemuda pilihan negeri
Berbuat yang terbaik dengan ladang amal masing-masing yang kita miliki
Sekecil apa pun kontribusi kan kita berikan tuk memperbaiki negeriDan rasa-rasanya sekali lagi kita mesti berguru pada satu ayat suci
“Innalloha laa yu ghoiyiru maa biqaumin, hattaa yu ghoiyiru maa bianfusihim”
dan Sukarno pun pernah berkata:
“Bangsa yang tidak percaya pada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka” (Pidato HUT Proklamasi tahun 1963)
April 30, 2011
Balada Negeri Ulat Bulu
3 Komentar »
RSS feed for comments on this post. TrackBack URI
dan tahukah kawan, ungkapan kita untuk nasihat-menasihati,
seruan kita untuk ingat-mengingatkan,
sulit memiliki arti untuk banyak penduduk negeri
Komentar oleh zachroni — Mei 2, 2011 @ 2:27 am |
dan tahukah kawan, ungkapan kita untuk nasihat-menasihati,
seruan kita untuk ingat-mengingatkan,
sulit memiliki arti untuk banyak penduduk negeri
karena saat inilah sebuah esensi
bahwa iman menjadi barang langka yang sulit dicari
Komentar oleh zachroni — Mei 2, 2011 @ 2:30 am |
waduh, hampir tak terawat blog ini rupanya, hehe.
ayo Mas Pandu, nulis lagi di sini!! Saya pengin baca bahasa khasnya yang sejuk
Komentar oleh zach — Juni 6, 2012 @ 2:46 am |