Alkisah pada suatu hari ramai nian orang membicarakan cinta
Ia menjelma bak riuh rendah kicauan beburung di pagi hari
Menelisik ke dalam rasa setiap insan yang merindukan kehadirannya
Kabarnya tersiar diterbangkan angin ke sesudut bumi hingga ke tepian pantai
Menerobos dalam seluk beluk pekatnya belantara
Sinarnya elok memesona menghampiri penduduk negeri
Apa pasal…
Oh, rupa-rupanya ramai kenduri cinta di bulan ini menjadi lantaran
Karena ikatannya kelak menjadi kokoh, suci, lagi sakral
Berharap benih-benihnya bermekaran
Agar akar-akarnya menghujam mencengkram bumi, hingga bangunannya tak kan pernah terpental
Sementara pucuk-pucuknya indah, dan megah, lagi memesonakan
Sampai suatu ketika kau pun bertanya…
“Mengapa sepasang mata yang tak pernah bersua, bisa saling jatuh dan mencinta?”
Aku pun tersipu, lalu ku buang ragu dan malu, agar mantap ku menjawabnya
Sebuah keajaiban yang barangkali tengah kau herankan keadaannya
Bahwa tidakkah kau ingat ada yang menggenggam hati-hati manusia
Tiada satu hal pun yang terbersit di dalam dada
Melainkan Dia mengetahuinya
Dia-lah Yang Menghimpunkannya, Karena Dia Sang Maha Cinta
Ah, lagi-lagi kau bicara tentang Cinta…
Sebuah kata sarat makna, namun sulit dicerna
Terkadang sulit pula ia dinalar dengan logika, apalagi hanya lewat sebuah karya sastra
Ia rasa yang mampu menjelma dalam karsa, dan mewujudkan sebuah karya
Ia hadir bak setetes embun bagi bongkah-bongkah jiwa manusia
Namun jangan sekali-kali kau nodai ia
Sebab aku khawatir, jangan-jangan ia hanya akan menjadi lelaku absurd dari para pecinta
Hingga sampai-lah aku pada suatu ketika
Dimana akhirnya giliran mereka yang bertanya
Kapankah giliran-ku kan tiba ?
Maafkan aku kawan, sebab kali ini agaknya pendapatku berbeda
Karena keluhurannya, ku katakan bahwa aku tak ingin jatuh cinta
“Mengapa ?” Itu tanya mereka
Karena tak selayaknya cinta itu jatuh, apalagi membuat seseorang jatuh karenanya
Namun, toh itu bukan berarti bahwa aku tak punya cinta
Kukatakan kepadamu, bahwa aku hanya tak ingin jatuh cinta
Sebab yang kuinginkan adalah tumbuh cinta
Biarkan-lah benih-nya kokoh tertanam
Berharap akarnya menancap dan menembus hingga ke bumi lapis ke-tujuh
Agar batangnya menjulang tiap waktu, dalam cerahnya hari maupun kelamnya malam
Sementara rerimbun dedaunannya teramatlah elok untukku berteduh
Pohonnya pun terus bertumbuh, disirami kerinduan dalam naungan rembulan malam
Ditemani kesyahduan yang membuat jiwa-ku semakin kukuh, bukannya malah menjadi rapuh
Maka biarlah kutuliskan sendiri kisah-ku
Ketika aku hendak memilih rahim tempatmu bertumbuh beraroma
Ketika aku mulai mencari seribu pasang terbaik untuk menggapaimu
Yang setiap kakimu menendang, berkatalah ia, “Hilanglah duka, datanglah cinta”
Hingga dapat kuhirup keberkahan wewangian surgawi dalam belukarnya duniawi bersamamu
Berharap ia akan menjelma dalam rupa embun dan matahari
Yang menyucikan jiwa lagi menyejukkan nurani
Namun juga menghangatkan disatu sisi
Dan biarkan ku tuangkan saja kisah ini dalam bait-bait puisi
Puisi yang kan mampu mengasah penaku setajam pedang di ujung jemari
Menguak kedalaman relung nurani, simpati, bahkan empati
Menahan amarahku segemulai kupu-kupu menari
Mengubah kecut dan masamnya semerbak mewangi kembang melati
Kanpandoe
Jawaban atas mereka yang selalu bertanya “kapan” dan “siapa”
(6-7 Syawal 1431 H)
Gaya bertutur akh pandu tak pernah sirna. Tak perlu dengan ungkapan-ungkapan susastra tapi memilih gaya bahasa bercerita yang begitu runtut dan mudah dicerna. Kisahnya lugas dan tegas, melahirkan kesan yang begitu mendalam bagi pembacanya, pun begitu pula kesan yang ada pada diri saya.
Komentar oleh mufmuf — September 16, 2010 @ 8:01 am |
mantap!!! pas banget menikmati bait-bait prosa karya mas pandu diiringi lantunan suara merdu maher zain :
Si tu cherches ce qu’est l’amour
Et ce que moi, j’en dis
Je te dévoilerai
Que tout émane d’Allah
L’ivresse pure, pour nos âmes
Il est ton créateur et le mien, celui des cieux et de tout l’univers
Il nous accorde la vie
Il est le protecteur de ceux qui croient en Lui ……….
————————
If you ask me about love
And what i know about it
My answer would be
It’s everything about Allah
The pure love, to our souls
The creator of you and me,the heaven and whole universe
The one that made us whole and free
The guardian of His true believers ……….
Komentar oleh khalidfrederick — September 16, 2010 @ 9:58 am |
🙂
Saya suka gaya penuturannya hehe
Komentar oleh Rina — September 18, 2010 @ 1:12 pm |
Marvelous. Gaya bahasa Kangpandoe anggun dan punya jati diri yang kokoh. Diskursus jatuh versus tumbuh cinta juga sesuatu yang menarik, cukup filosofis dan memberi inspirasi. Kelak semestinya tulisan-tulisan ini dapat menghiasi jagat sastra kita, khususnya untuk genre Sastra Rabbani, sebuah genre sastra yang belum mewujud sempurna tetapi tapak-tapak kecilnya telah mulai dibangun secara bertahap oleh beberapa calon sastrawan kita, hehe…
So… selamat ya, Kang Pandoe.
Komentar oleh dedhi suharto — September 20, 2010 @ 4:34 am |
@ Akh Fai : Barokallahu laka buat yang sebentar lagi menyelenggarakan kenduri cinta… he7x
@ Khalid : Je vous remercie monsieur… ^_^
@ Rina : Terima kasih Bu… kapan2 saya bertamu ke blog-nya ya
@ Pak Dedhi : Wah suatu kehormatan Pak Dedhi berkenan mampir dan meninggalkan rekam jejak, iya Pak genre “Sastra Rabbani” saya mesti belajar ke Pak Dedhi nih…
Komentar oleh kangpandoe — September 20, 2010 @ 4:44 am |
bahasanya sangat “beda”. ada aliran yang bisa dijadikan wacana.
Komentar oleh zachroni — September 20, 2010 @ 6:23 am |
waduh kata2 “beda” dari Mas Roni nampaknya perlu saya klarifikasi, hehe
Komentar oleh kangpandoe — September 21, 2010 @ 7:00 am |
memang halus ya Mas Pandu ini… keren, sangat menginspirasi.
Komentar oleh zachroni — Desember 20, 2010 @ 3:16 am |